Bagaimana Cara Memeriksa Villa Sebelum Membelinya?

Bahan yang paling umum digunakan untuk dinding di Bali adalah bata merah diikuti dengan bata semen berlubang (disebut ‘batako’). Baru-baru ini, blok AAC (‘bata ringan’) telah tersedia dan semakin banyak digunakan.

Ketiga-tiganya bahan bangunan memiliki pro dan kontra. Bata merah masih menjadi bahan yang paling umum dan favorit untuk membangun dinding di Bali, karena sudah ada sejak lama dan telah teruji oleh waktu. Bahan itu tersedia secara lokal dalam kualitas dan harga yang berbeda dan terbuat dari tanah liat yang dibakar. Pernahkah Anda memperhatikan dinding bata merah yang indah di pura dan istana kerajaan Bali? Mereka terbuat dari batu bata merah kualitas terbaik (‘batu bata gosok’). Kelebihan dari batu bata ini adalah (hamper) tidak memerlukan semen sebagai bahan perekat – batu itu hanya digosok satu sama lain dan merekat kuat seperti menggunakan beton. Jenis dinding tradisional arsitektur Bali ini telah digunakan di rumah-rumah modern sebagai elemen dekoratif. Batu bata jauh lebih mahal daripada batu bata merah biasa dan membutuhkan keahlian batu khusus dari tangan ahli Bali.

Bata merah umumnya lebih mahal daripada batako dan membutuhkan waktu lebih lama untuk membangun tembok dibandingkan batako yang ukuran lebih besar. Mereka juga memberikan insulasi panas yang lebih baik daripada batako yang lebih murah dan dianggap lebih tahan lama dan lebih tahan terhadap gempa bumi. Secara keseluruhan, dinding bata merah adalah standar dan batako dianggap berkualitas lebih rendah dan kurang diinginkan untuk tujuan perumahan. Anda tidak akan langsung melihat dari bahan apa dinding sebuah bangunan dibuat dan karena itu harus mencari tahu dari pemilik atau kontraktornya. Jika Anda tidak yakin, lubangi dinding dengan mesin bor dan jika Anda melihat debu merah keluar, Anda akan tahu.